Rabu, 28 Januari 2015

Kandungan dan Manfaat Daun Seledri

Daun Seledri sudah menjadi sahabat bagi ibu rumah tangga, yakni sebagai salah satu sayuran penambah aroma masakan atau lebih khusus sering digunakan sebagai penyedap sayur sop.
Kandungan vitamin pada daun ini mampu bertahan hingga 80 % setelah dimasak.
Namun dibalik itu ternyata daun yang sering disebut sebagai daun sop atau dalam bahasa Latin Apium Graveolens ini, memiliki banyak manfaat yang mungkin belum banyak diketahui oleh sebagian masyarakat.

Daun seledri mengandung banyak vitamin yakni;
vitamin A,
vitamin B1,
vitamin B2,
vitamin B3,
vitamin B5,
vitamin B6,
vitamin C,
vitamin E dan
vitamin K yang dapat digunakan untuk mencegah atau untuk mengobati beberapa penyakit.

Kandungan gizi yang terdapat pada daun ini dapat digunakan untuk pencegahan penyakit dengan cara mengkonsumsinya dalam bentuk sayur.

Berikut adalah manfaat daun seledri untuk kesehatan dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mengkonsumsi daun sop ini:

Menambah Kekebalan Tubuh
Kandungan multivitamin yang terdapat pada daun seledri berfunsi sebagai antioksidan mampu menambah kekebalan tubuh.

Menenangkan Saraf
Kandungan kalsium yang tinggi yang terdapat dalam daun ini di percaya mampu menenangkan saraf.

▪Membantu dalam Perbaikan Gigi.

▪Mencegah Penyakit Ginjal,

▪Memperkuat Fungsi Hati,

▪Melancarkan Peredaran Darah

▪Menambah Nafsu Makan

▪Mencegah Sembelit,

▪Mencegah Asma,

▪Menurunkan Tekanan Darah,

▪Pencegah Anemia,

▪Mencegah Obesitas

▪Membantu menjaga Kelenturan Aktifitas Otot.

▪Memperlambat proses Penuaan Dini

Selain untuk pencegahan penyakit seperti diatas, Daun Seledri juga mampu mengobati beberapa penyakit diantaranya adalah masuk angin, mual, diare, tekanan darah tinggi, vertigo, rematik, asam urat, alergi, batuk dll.
Selain bisa dikonsumsi langsung dalam bentu sayur, daun seledri juga dapat diolah untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu.

Berikut adalah berbagai cara mengolah daun seledri yang dapat digunakan untuk meneyebuhkan peyakit:

▪Menurunkan berat badan berlebih/obesitas
Olah daun seledri menjadi jus, minumlah sebelum makan. Lakukan cara ini secara rutin hingga berat badan yang ideal terwujud.

▪Mengobati Rematik
Untuk mengobati penyakit ini, daun seledri bisa dijadikan lalapan secara rutin. Tentunya daun seledri harus dalam keadaan bersih dan segar.

▪Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Untuk mengobati penyakit ini caranya adalah siapkan daun seledri sekaligus sama batang dan akarnya kurang lebih 100 g, cuci ramuan ini hingga bersih terus datumbuk hinnga halus. Tambahkan 100 ml air putih, lalu masak ramuan hhingga matang. Minumlah ramuan ini 2 x sehari.

▪Untuk Meredakan Batuk
Siapkan seledri lengkap dengan akar dan batangnya yang masih segar dan masih segar, dipotong-potong hingga menjadi bentuk bumbu. Tambahkan 3 gelas air putih lalu dimasak sampai mendidih. Saringlah airnya dan biarkan hingga dingin, lalu tambahkan madu secukupnya. Minumlah ramuan tersebut pagi dan sore atau menurut kebutuhan.

▪Mengobati Mata Kering
Siapkan daun seledri, daun bayam dan daun kelor yang masih segar, kira-kira 1/3 genggam, Cuci hingga bersih, Tumbuk sampai halus ramuan yang sudah kita siapkan tersebut, dan jangan lupa dicampur dengan sedikit garam dapur.Tambahkan dengan sedikit air matang kira-kira 1/3 gelas ,Aduk-aduk, kemudian saring dan ambil airnya. Minum air perasan tersebut 3x sehari.

Itulah manfaat Daun Seledri sebagai penyedap dan obat herbal. Cara yang mungkin bisa dipakai sebagai obat alternatif untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut diatas. Namun yang paling sederhana adalah dengan mengkonsumsi daun seledri dalam bentuk sayur sehingga dapat dinikmati sekeluarga.

Minggu, 30 November 2014

Asal Mula WARTEG (Warung Tegal)

WARTEG dan Perdjoangan Bangsa

Dulu... (1628-1629) ketika Sultan Agung Hanyakrakusuma akan menggempur Batavia yang dikuasai VOC, sepanjang jalur-jalur penyerangan disebar warung-warung makan, yang bertujuan untuk menyediakan logistik untuk para prajurit dan mata-mata yang sedang menghimpun informasi.

Yang dipercaya menyiapkan ransum-ransum tersebut adalah orang dari wilayah Tegal dan sekitarnya. Warung dibuka sepanjang jalur penyerangan sampai ke kota Batavia (Jayakarta). Tapi penyerangan yang dipimpin Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-Agul tersebut tidak berhasil mengalahkan tentara kompeni. Karena saat hari pertempuran lumbung2 padi yang ada di daerah Karawang dan lainnya dibakar oleh mata-mata musuh.

Singkat cerita, warung-warung itu masih bertahan sampai hari ini, bahkan bertambah banyak.

Sabtu, 29 November 2014

Save The Great Tree

 Weekend Muse : "Kayu Gung Susuhing Angin"

Lampahing Sang Werkudara
Sigra ngambah praptanireng wanadri
Ririh ing reh gandrung-gandrung
Sukanireng wardaya...

Werkudara, demi menjalankan perintah Begawan Durna, rela masuk hutan untuk naik ke Gunung Candramuka. Ia diperintahkan untuk mencari "Kayu Gung Susuhing Angin". Secara terjemahan lugas kayu gung susuhing angin adalah pohon besar tempat bersarangnya angin/udara. Ini adalah tahapan pertama dari ujian yang diberikan oleh Resi Durna sebelum perintah ujian untuk masuk ke dalam "Samudera Minang Kalbu".

Tak disangka, ternyata "kayu gung susuhing angin" itu tidak bisa ditemukan di Gunung Candramuka dan apa yang dicari oleh Werkudara itu memang “tidak ada”. Di Gunung ini Werkudara mendapat ujian berat berupa perlawanan dari dua Butha (raksasa) bernama Rukmuka dan Rukmakala. Werkudara diserang, namun kemudian kedua raksasa itu dapat dikalahkan. Setelah berhasil dibunuh dengan kuku pancanaka, kedua raksasa itu musnah, lantas muncullah Batara Bayu dan Batara Indra.

Mencari "kayu gung susuhing angin". Kita mengartikan secara harfiah pun sangat kesulitan, bagaimana angin yang sangat mudah mengalir itu mempunyai sarang ? Tetapi patut kita pikirkan lebih dalam lagi, ketika kita mendapat pelajaran Biologi bab fotosintesis. Fotosintesis adalah proses mengubah karbondioksida (gas hasil pembakaran / pernafasan) menjadi oksigen dengan bantuan sinar matahari. Sebuah keniscayaan, proses fotosintesis ini belum bisa tergantikan oleh proses lain selain oleh klorofil dalam daun. Dengan kata lain, benar “tidak bersarang”, tetapi telah terjadi perubahan besar ketika udara yg mengandung karbon diproses melalui fotosintesis.

"Susuh" atau sarang, ternyata dalam beberapa kasus tidak hanya tempat berlindung, tempat berdiam, tetapi juga tempat dimana generasi baru akan dilahirkan. Beberapa hewan (dan juga manusia) membangun rumah sebagai sarang tempat berlindung, sekaligus menciptakan generasi baru. Ya... saat udara nyusuh (bersarang) dalam "kayu gung" itu lahirlah oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan.

Dalam konteks ini pula, maka benarlah bahwa "kayu gung susuhing angin" merupakan pengejawantahan umum dari penyelamatan hutan. Bahwa hutan dengan rimbunan kayu besar patut diselamatkan, karena akan memberikan persediaan oksigen untuk kehidupan manusia dan hewan. Menyelamatkan hutan sepertinya sebuah kegiatan tidak produktif, tidak menghasilkan income  langsung bagi negara dan masyarakat. Analisis ekonomi akan menyarankan hutan lebih menghasilkan jika pohonnya dibuat kertas, dikembangkan menjadi lahan-lahan perkebunan baru yang kemudian bisa menghasilkan produk dan memperoleh keuntungan finansial langsung.

Begitulah usaha tulus Werkudara, tidak ada "kayu gung susuhing angin". Tetapi ini bukan tanpa hasil, sesungguhnya itu adalah penyelamatan terhadap Bayu dan Indra. Bayu dalam pewayangan adalah angin. Menyelamatkan pohon dalam arti menyelamatkan hutan merupakan upaya menyelamatkan udara atau angin dalam siklusnya. Bahwa karbon akan direproduksi dalam proses fotosintesis menjadi oksigen. Sedangkan penyelamatan Indra, adalah penyelamatan keindahan dan keseimbangan alam. Apa jadinya jika Indra tak bisa memimpin lagi Kaindran yang “katanya” indah itu ?
Menyelamatkan udara dengan oksigen yang seimbang pada dasarnya adalah menyelamatkan kehidupan dari racun gas buang yang dapat menghancurkan kehidupan. Di sisi lain, manfaat tidak langsungnya adalah mencegah banjir, penyediaan cadangan air bersih, penyelamatan ekosistem, mencegah pemanasan global dan jika dikaji lebih dalam banyak hasil hutan non-kayu atau hasil hutan ikutan (misalnya madu, getah, wahana wisata alam, dll) yang bisa dimanfaatkan secara langsung.

"Bayu dan Indra" dalam kondisi tercemar inilah, dirupakan sebagai raksasa yang beringas, siapa yang terkena bisa langsung binasa.
"Jalma mara jalma mati, sato mara sato mati."

Kena papa cintraka
Indra Bayu dinukan Hyang Pramesthi
Dadya butha kalihipun,
Neng wukir Candramuka...

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.  (QS ar-Rum : 41)

Save trees, save forest, save water, save earth, save people and save the life of the whole universe