Sabtu, 29 November 2014

Save The Great Tree

 Weekend Muse : "Kayu Gung Susuhing Angin"

Lampahing Sang Werkudara
Sigra ngambah praptanireng wanadri
Ririh ing reh gandrung-gandrung
Sukanireng wardaya...

Werkudara, demi menjalankan perintah Begawan Durna, rela masuk hutan untuk naik ke Gunung Candramuka. Ia diperintahkan untuk mencari "Kayu Gung Susuhing Angin". Secara terjemahan lugas kayu gung susuhing angin adalah pohon besar tempat bersarangnya angin/udara. Ini adalah tahapan pertama dari ujian yang diberikan oleh Resi Durna sebelum perintah ujian untuk masuk ke dalam "Samudera Minang Kalbu".

Tak disangka, ternyata "kayu gung susuhing angin" itu tidak bisa ditemukan di Gunung Candramuka dan apa yang dicari oleh Werkudara itu memang “tidak ada”. Di Gunung ini Werkudara mendapat ujian berat berupa perlawanan dari dua Butha (raksasa) bernama Rukmuka dan Rukmakala. Werkudara diserang, namun kemudian kedua raksasa itu dapat dikalahkan. Setelah berhasil dibunuh dengan kuku pancanaka, kedua raksasa itu musnah, lantas muncullah Batara Bayu dan Batara Indra.

Mencari "kayu gung susuhing angin". Kita mengartikan secara harfiah pun sangat kesulitan, bagaimana angin yang sangat mudah mengalir itu mempunyai sarang ? Tetapi patut kita pikirkan lebih dalam lagi, ketika kita mendapat pelajaran Biologi bab fotosintesis. Fotosintesis adalah proses mengubah karbondioksida (gas hasil pembakaran / pernafasan) menjadi oksigen dengan bantuan sinar matahari. Sebuah keniscayaan, proses fotosintesis ini belum bisa tergantikan oleh proses lain selain oleh klorofil dalam daun. Dengan kata lain, benar “tidak bersarang”, tetapi telah terjadi perubahan besar ketika udara yg mengandung karbon diproses melalui fotosintesis.

"Susuh" atau sarang, ternyata dalam beberapa kasus tidak hanya tempat berlindung, tempat berdiam, tetapi juga tempat dimana generasi baru akan dilahirkan. Beberapa hewan (dan juga manusia) membangun rumah sebagai sarang tempat berlindung, sekaligus menciptakan generasi baru. Ya... saat udara nyusuh (bersarang) dalam "kayu gung" itu lahirlah oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan.

Dalam konteks ini pula, maka benarlah bahwa "kayu gung susuhing angin" merupakan pengejawantahan umum dari penyelamatan hutan. Bahwa hutan dengan rimbunan kayu besar patut diselamatkan, karena akan memberikan persediaan oksigen untuk kehidupan manusia dan hewan. Menyelamatkan hutan sepertinya sebuah kegiatan tidak produktif, tidak menghasilkan income  langsung bagi negara dan masyarakat. Analisis ekonomi akan menyarankan hutan lebih menghasilkan jika pohonnya dibuat kertas, dikembangkan menjadi lahan-lahan perkebunan baru yang kemudian bisa menghasilkan produk dan memperoleh keuntungan finansial langsung.

Begitulah usaha tulus Werkudara, tidak ada "kayu gung susuhing angin". Tetapi ini bukan tanpa hasil, sesungguhnya itu adalah penyelamatan terhadap Bayu dan Indra. Bayu dalam pewayangan adalah angin. Menyelamatkan pohon dalam arti menyelamatkan hutan merupakan upaya menyelamatkan udara atau angin dalam siklusnya. Bahwa karbon akan direproduksi dalam proses fotosintesis menjadi oksigen. Sedangkan penyelamatan Indra, adalah penyelamatan keindahan dan keseimbangan alam. Apa jadinya jika Indra tak bisa memimpin lagi Kaindran yang “katanya” indah itu ?
Menyelamatkan udara dengan oksigen yang seimbang pada dasarnya adalah menyelamatkan kehidupan dari racun gas buang yang dapat menghancurkan kehidupan. Di sisi lain, manfaat tidak langsungnya adalah mencegah banjir, penyediaan cadangan air bersih, penyelamatan ekosistem, mencegah pemanasan global dan jika dikaji lebih dalam banyak hasil hutan non-kayu atau hasil hutan ikutan (misalnya madu, getah, wahana wisata alam, dll) yang bisa dimanfaatkan secara langsung.

"Bayu dan Indra" dalam kondisi tercemar inilah, dirupakan sebagai raksasa yang beringas, siapa yang terkena bisa langsung binasa.
"Jalma mara jalma mati, sato mara sato mati."

Kena papa cintraka
Indra Bayu dinukan Hyang Pramesthi
Dadya butha kalihipun,
Neng wukir Candramuka...

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.  (QS ar-Rum : 41)

Save trees, save forest, save water, save earth, save people and save the life of the whole universe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar